33 Siswa Gagal Masuk, Warga Ultimatum SMAN 3 Tangsel

124
33 Siswa Gagal Masuk, Warga Kelurahan Benda Baru, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan Ultimatum SMAN 3 Tangsel, kembali mendatangi SMA Negeri 3 Tangsel pada Minggu (13/7/2025).
33 Siswa Gagal Masuk, Warga Kelurahan Benda Baru, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan Ultimatum SMAN 3 Tangsel, kembali mendatangi SMA Negeri 3 Tangsel pada Minggu (13/7/2025).

toBagoes.com – 33 Siswa Gagal Masuk, Warga Kelurahan Benda Baru, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan Ultimatum SMAN 3 Tangsel, kembali mendatangi SMA Negeri 3 Tangsel pada Minggu (13/7/2025).

Kedatangan ini dilakukan guna memediasi tuntutan agar 33 calon siswa dari lingkungan sekitar diterima dalam Seleksi Penerimaan Murid Baru (SPMB) 2025.

Sebelumnya, aksi protes serupa telah dilakukan warga pada Senin, 2 Juli 2025, di depan sekolah. Warga menilai sistem penerimaan siswa baru tidak adil dan merugikan anak-anak dari wilayah terdekat sekolah.

BACA JUGA  Ketum BPI KPNPA RI Ucapkan Selamat atas Pelantikan Komjen Pol Suyudi Ario Seto sebagai Kepala BNN: Serukan Perang Total Lawan Kartel Narkoba

Pantauan di lokasi, puluhan warga dari tujuh RW memasuki lingkungan sekolah tanpa atribut unjuk rasa seperti poster atau pengeras suara.

Mediasi yang berlangsung sejak pukul 09.20 WIB dipimpin langsung oleh Kepala SMAN 3 Tangsel, Aan Sri Analiah, dan turut dihadiri Lurah Benda Baru, Doddy Dores.

Warga merasa proses seleksi tidak berpihak pada masyarakat sekitar, terutama dalam zonasi.
Warga merasa proses seleksi tidak berpihak pada masyarakat sekitar, terutama dalam zonasi.

 

Karena keterbatasan ruang, hanya beberapa perwakilan warga yang diperbolehkan masuk.

Mediasi berakhir sekitar pukul 11.30 WIB dengan sejumlah kesepakatan. Namun, suasana sempat memanas saat pihak sekolah hendak membongkar portal yang sebelumnya dipasang warga sebagai bentuk protes.

BACA JUGA  Satgas Pamtas Yonif 126/KC Langsung Bantu Pendidikan di Boven Digoel

Warga yang berada di luar gerbang langsung bereaksi keras, menolak pembongkaran jika tuntutan penerimaan 33 calon siswa belum dipenuhi.

“Warga sudah menandatangani, tidak mungkin dibuka kalau yang 33 siswa tidak masuk,” seru salah satu warga dengan nada tinggi.

Ketua Forum RW “Wong Pitoe”, Ahmad, menjelaskan hasil mediasi melahirkan empat poin kesepakatan. Di antaranya:

BACA JUGA  Syukuran Peringatan HUT ke-80 RI, Satgas Yonif 126/KC Bersama Warga Kombut

1. Sekolah diminta lebih transparan dalam menyampaikan data penerimaan siswa.

2. Warga RW Wong Pitoe ke depannya harus menjadi prioritas dalam proses penerimaan.

3. Permintaan data siswa yang sudah diterima untuk dilakukan verifikasi oleh warga.

4. Pengakuan sejarah tokoh masyarakat sekitar dalam pendirian sekolah.

BACA JUGA  Nasib Mempunyai Gelar Tidak Menjamin Pekerjaan: Kisah Andika, Tukang Sapu Bergelar Sarjana

Namun, pembacaan hasil mediasi itu tidak memuaskan warga yang menunggu di luar. Akibatnya, perundingan lanjutan di depan sekolah mengalami kebuntuan. Pihak sekolah pun kembali masuk tanpa solusi konkret.

Pantauan di lokasi, puluhan warga dari tujuh RW memasuki lingkungan sekolah tanpa atribut unjuk rasa seperti poster atau pengeras suara. Mediasi yang berlangsung sejak pukul 09.20 WIB dipimpin langsung oleh Kepala SMAN 3 Tangsel, Aan Sri Analiah, dan turut dihadiri Lurah Benda Baru, Doddy Dores.
Pantauan di lokasi, puluhan warga dari tujuh RW memasuki lingkungan sekolah tanpa atribut unjuk rasa seperti poster atau pengeras suara. Mediasi yang berlangsung sejak pukul 09.20 WIB dipimpin langsung oleh Kepala SMAN 3 Tangsel, Aan Sri Analiah, dan turut dihadiri Lurah Benda Baru, Doddy Dores.

Kepala SMAN 3 Tangsel, Aan Sri Analiah, menyatakan bahwa dirinya tidak memiliki wewenang penuh untuk memenuhi tuntutan warga.

“Saya akan sampaikan hasil mediasi ini ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Banten. Mohon maaf, saya tidak bisa mengakomodir 33 siswa tersebut. Bahkan warga sekitar pun tidak bisa saya bantu jika tak sesuai sistem,” ujar Aan.

BACA JUGA  Satgas Yonif 126 Hadirkan Harapan Pendidikan di Perbatasan RI-PNG

Sebagai bentuk solusi alternatif, Aan menawarkan warga untuk mendaftarkan anak-anak mereka ke sekolah swasta gratis yang telah bekerjasama dengan pemerintah provinsi.

“Silakan didata siswa yang ingin mendaftar ke sekolah swasta gratis. Nanti kami buatkan surat pengantar,” jelasnya.

Diketahui, persoalan ini bermula dari banyaknya anak warga sekitar sekolah yang gagal masuk SMAN 3 Tangsel meskipun memiliki nilai yang cukup dan tinggal sangat dekat dari sekolah.

Warga merasa proses seleksi tidak berpihak pada masyarakat sekitar, terutama dalam zonasi.