TOBAGOES.COM – Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, menyatakan bahwa Indonesia ditargetkan tidak lagi mengimpor jagung mulai tahun 2026.
Hal ini disampaikannya saat menghadiri panen raya jagung serentak dan pelepasan ekspor perdana jagung ke Malaysia di Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat, pada Kamis (tanggal tidak disebutkan dalam kutipan).
Prabowo menyebutkan bahwa target tersebut didasarkan pada laporan dari Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman. Pada tahun 2024, Indonesia masih mengimpor sekitar 500 ribu ton jagung, namun optimisme pemerintah untuk mencapai swasembada semakin kuat.
“Saya diberi jaminan oleh dua tokoh Indonesia yang hebat, Menteri Pertanian dan Kapolri, menjamin tahun 2026 Indonesia tidak impor lagi jagung,” kata Prabowo dalam sambutannya yang disiarkan melalui akun YouTube Sekretariat Presiden.
Dengan pencapaian ini, Indonesia tidak hanya ditargetkan bebas impor jagung, tetapi juga siap menjadi negara pengekspor, sebagaimana ditunjukkan dengan ekspor perdana ke Malaysia.
Menurut Prabowo, peningkatan signifikan dalam produksi jagung nasional menjadi salah satu faktor utama di balik optimisme tersebut.
“Peningkatan produksi jagung nasional mencapai 48 persen pada kuartal pertama tahun 2025. Dari semula satu hektare menghasilkan 4 ton jagung, kini bisa mencapai 6 hingga 8 ton,” ujarnya, seperti disiarkan melalui akun YouTube Sekretariat Presiden.
Presiden menyebut, percepatan swasembada ini didukung oleh penggunaan benih unggul serta pupuk organik yang meningkatkan hasil panen secara drastis.
“Cita-cita kita swasembada jagung mungkin tidak sampai dua tiga tahun, mungkin satu tahun kita sudah swasembada. Ini signifikan sekali,” tegasnya.
Selain berfokus pada peningkatan kuantitas produksi, Prabowo juga menyoroti pentingnya diversifikasi produk turunan jagung.
Ia menyebut produk seperti keripik dan nasi jagung sebagai alternatif pangan yang lebih sehat dan memiliki nilai tambah tinggi.
Lebih lanjut, Presiden menekankan bahwa upaya swasembada ini harus membawa dampak nyata pada kesejahteraan petani.
“Petani-petani kita sebagai produsen pangan, mereka harus hidup dengan baik. Dengan demikian, input harus kita upayakan serendah mungkin untuk para petani,” kata Prabowo.
Ia menyarankan berbagai bentuk intervensi untuk mendukung efisiensi biaya produksi petani, termasuk bantuan alat, teknologi pertanian, benih berkualitas, pupuk, dan biofertilizer. “Yang saya lihat luar biasa,” tambahnya.
Pada 2024, Indonesia masih mengimpor sekitar 500 ribu ton jagung. Namun dengan peningkatan produktivitas dan inovasi, Presiden meyakini bahwa pada 2026 Indonesia tidak hanya akan berhenti impor, tetapi mulai mengekspor jagung ke negara lain.