Selamatkan Persikas” di tengah acara yang sarat nilai kemanusiaan

33
Selamatkan Persikas
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menegaskan bahwa program pembinaan karakter ala militer bagi siswa tetap akan dilanjutkan meski menuai banyak kritik dari publik.
TOBAGOES.COM/ Subang–Suasana haru Selamatkan Persikas  yang mengalun hangat dalam acara Nganjang ka Warga di Desa Sukamandi Jaya, Kecamatan Ciasem, Kabupaten Subang, mendadak berubah menjadi tegang.
Selamatkan Persikas  Rabu malam, 28 Mei 2025, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi yang tengah menyimak kisah inspiratif seorang ibu dengan anak berkebutuhan khusus, mendadak berdiri dengan ekspresi marah.
Pemicunya: sekelompok orang yang mengatasnamakan diri sebagai Suporter Sepak Bola Persikas Subang berteriak kencang dan membentangkan spanduk besar bertuliskan “Selamatkan Persikas” di tengah acara yang sarat nilai kemanusiaan. Aksi itu sontak menyita perhatian dan memancing emosi sang gubernur.

“Hei, berhenti kamu! Ini bukan forum Persikas, ini forum saya, dengan rakyat! Turunkan spanduknya!” teriak Dedi Mulyadi dengan nada tinggi, sambil menunjuk ke arah para pendukung Persikas yang berada di tengah kerumunan warga.

Momen itu berlangsung saat KDM sapaan akrab Dedi Mulyadi sedang menyoroti perjuangan seorang ibu sederhana yang, meski dibebani keadaan sulit, mampu membesarkan anak-anaknya dengan penuh kasih dan keberanian. Bagi Dedi, gangguan tersebut tak hanya mengacaukan acara, tapi juga mencederai rasa empati yang tengah dibangun malam itu.

“Ini penderitaan rakyat, bukan urusan Persikas!” tegasnya.

Ketegangan memuncak saat Dedi Mulyadi, dengan suara lantang dan sorot mata tajam, menegaskan bahwa pemerintah daerah tidak bisa menanggung beban anggaran untuk mengelola klub sepak bola profesional seperti Persikas Subang.

“Mengelola sepak bola untuk bisa main di Liga 1 atau Liga 2 butuh biaya besar. Duit Pemda Subang tidak cukup untuk urus main bola,” tegasnya.

Ia menilai, menyuarakan nasib klub sepak bola di tengah forum rakyat yang membahas isu-isu sosial kemiskinan adalah bentuk ketidakpekaan.

Dedi merasa terganggu karena saat itu ia tengah mengangkat kisah perjuangan seorang warga miskin yang tengah dibantu agar bangkit dari keterpurukan.

BACA JUGA  Barang Bajakan di Mangga 2 Segera Disidak, Usai Disorot Amerika Serikat

“Kamu punya otak? Ada orang menderita lagi diselamatkan, kamu malah teriak Persikas? Siapa kamu? Maju ke sini! Saya cari kamu!” pekik KDM sambil menunjuk-nunjuk arah kerumunan.

Nada suara Dedi kian meninggi, bahkan menyiratkan ancaman kepada pihak-pihak yang terlibat dalam aksi tersebut.

“Kalau kamu mahasiswa, saya cari kamu kuliah di mana! Kalau kamu anak sekolah, saya cari kamu sekolah di mana!” katanya dengan nada penuh amarah.

Suasana yang sebelumnya menyentuh karena mengangkat kisah perjuangan rakyat kecil seketika berubah menjadi hening dan menegangkan.

Sorotan mata ribuan warga yang hadir tertuju pada sosok Dedi Mulyadi yang berdiri tegas di atas panggung, menggambarkan betapa seriusnya ia menanggapi gangguan tersebut.

“Hei kamu! Persikas pindah ke mana pun, tidak akan membuat orang miskin bisa makan. Orang Subang hari ini butuh jalan yang baik, butuh sekolah yang layak. Urusan Persikas itu hobi dan kesenangan, tapi tidak boleh mengabaikan kebutuhan dasar rakyat Subang,” tegasnya lagi.

Dedi menutup pernyataannya dengan pesan keras mengenai etika menyampaikan pendapat. Ia menyebutkan bahwa aspirasi harus disalurkan di tempat dan waktu yang tepat.

“Ini bukan forum Persikas. Kalau mau nyampein soal Persikas mau diambil siapa, itu bukan urusan saya,” pungkasnya. (DP)