toBagoes.com – Di tengah hujan deras yang tak kunjung reda, suara tangisan anak-anak terdengar di sebuah balai banjar di Denpasar. Balai sederhana itu kini menjadi tempat pengungsian darurat bagi puluhan keluarga yang rumahnya terendam banjir.
“Air masuk cepat sekali, kami hanya sempat bawa pakaian anak dan dokumen penting,” tutur Ni Made Suryani (42), warga Denpasar yang dievakuasi bersama dua anaknya sejak dini hari.
Di Jembrana, situasi lebih memilukan. Tim SAR menemukan dua warga tewas satu akibat terseret arus, satunya lagi karena tersengat listrik saat berusaha menyelamatkan barang-barangnya.
Bagi I Wayan Pasek, petani asal Gianyar, banjir kali ini menghapus harapan panen. “Sawah saya sudah hampir panen, tapi semua hanyut,” ujarnya pasrah.
Di beberapa lokasi, listrik padam untuk mencegah korban bertambah. Sementara itu, akses jalan yang terputus membuat bantuan logistik sulit menjangkau wilayah pedalaman.
Meski demikian, solidaritas warga tetap terlihat. Di Klungkung, kelompok pemuda desa gotong royong mengevakuasi lansia menggunakan rakit sederhana dari bambu.
“Banjir ini mengingatkan kita, bahwa kita tidak bisa melawan alam, hanya bisa bersiap dan saling membantu,” kata Gubernur Bali Wayan Koster, seraya menegaskan koordinasi terus dilakukan dengan BNPB untuk penanganan darurat.
Hingga Kamis (11/9) pagi, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali mencatat sedikitnya 9 orang meninggal dunia akibat banjir bandang dan longsor yang dipicu hujan deras.
Ratusan warga masih bertahan di lokasi pengungsian sementara, menunggu bantuan logistik dan layanan kesehatan.
BNPB menyebut banjir kali ini sebagai yang terparah dalam satu dekade terakhir di Bali. Pemerintah daerah bersama aparat TNI-Polri dikerahkan untuk mempercepat distribusi bantuan serta membuka akses jalan yang terputus.
“Prioritas kami saat ini adalah menyelamatkan warga, memastikan kebutuhan dasar terpenuhi, dan melakukan normalisasi infrastruktur penting,” ujar Kepala BPBD Bali, I Gede Agung Teja Bhusana Yadnya.
Meski didera bencana, semangat gotong royong masyarakat Bali tetap menjadi penopang. Di tengah keterbatasan, warga saling berbagi makanan, pakaian, hingga tenaga untuk menolong sesama.
Editor: Melida Sianipar