Riuhnya langkah ODGJ dan Lansia Kota Madiun di 80 Tahun Kemerdekaan RI

20
Gangguan jiwa dan Lansia bukanlah akhir dari segalanya. Bencana yang sesungguhnya ialah lenyapnya rasa peduli terhadap nilai-nilai kedaulatan bangsa dan negara. Serta merusak tatanan tanah air dan tumpah darah, yang dilakukan para pengkhianat bangsa.
Gangguan jiwa dan Lansia bukanlah akhir dari segalanya. Bencana yang sesungguhnya ialah lenyapnya rasa peduli terhadap nilai-nilai kedaulatan bangsa dan negara. Serta merusak tatanan tanah air dan tumpah darah, yang dilakukan para pengkhianat bangsa.
TOBAGOES.COM/MADIUN – Gangguan jiwa dan Lansia bukanlah akhir dari segalanya. Bencana yang sesungguhnya ialah lenyapnya rasa peduli terhadap nilai-nilai kedaulatan bangsa dan negara. Serta merusak tatanan tanah air dan tumpah darah, yang dilakukan para pengkhianat bangsa.

Semangat heroik itu menjadi satu-satunya modal bagi puluhan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) dan Lansia Kota Madiun, Jawa Timur, dalam turut ambil momentum peringatan kemerdekaan ke 80 RI. Kegiatan digelar di halaman Pondok Lansia, Kelurahan Klegen, Kecamatan Kartoharjo, Sabtu (17/08/2025).

BACA JUGA  Reskrim Polsek Pasir Penyu Mengungkap IRT Muda Pengedar Sabu di Pasir Penyu Inhu

Sejumlah ODGJ dan Lansia membaur dan saling bersikukuh, ingin tampil menjadi juara di beberapa jenis perlombaan yang digelar Dinas Sosial Kota Madiun yang memotori kegiatan itu. Mereka menggunakan kursi roda dan alat bantu lain sesuai kebutuhannya, dalam suasana warna dominan merah putih.

“Acara yang sederhana ini sebagai upaya kami, Dinsos Kota Madiun, untuk terus menumbuhkan semangat perjuangan para pahlawan di masa-masa sulit perjuangan dulu. Serta meneladani nilai-nilai suci dan luhur para pendiri negara ini,” kata Ganes Sugiharjoto, S.H., Kabid Rehabilitasi Sosial, Dinsos Kota Madiun, kepada koresponden.

BACA JUGA  Ketum BPI KPNPA RI Sejalan Dengan Sikap ketua DPR RI, Ormas Terlibat Premanisme Harus Dibubarkan!

Jenis perlombaan yang digelar tidak muluk-muluk dan memakan anggaran besar. Namun memberi arti mendalam bagi kokohnya rasa nasionalisme di jiwa para peserta.

Seperti lomba menghafal Pancasila, menyanyi lagu kebangsaan, menggambar bendera merah putih dan lomba-lomba bernuansa nasionalisme lainnya. Juga diisi lomba yang bersifat menghibur dan populer seperti makan kerupuk, balap kelereng, berjoget dan lomba bikin ngakak lainnya.

“Semua pemenang kami berikan hadiah sebagai ikatan rasa sebangsa setanah air. Hadiah tentu yang berkaitan dengan kebutuhan hidup sehari-hari. Seperti sembako dan kebutuhan pokok lain,” tutur Kang Pur, salah seorang panitia.

BACA JUGA  Kapolsek Jaluko Bukti Hasil Kepedulian atas Pengabdian, Berangkatkan Istri PHL Umroh

Menurut Kang Pur, sebelum penyelenggaraan perlombaan, di lokasi yang sama para ODGJ dan Lansia diajak bersama-sama mengikuti upacara bendera detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI.

Namun sebelumnya, para petugas yang terlibat kegiatan itu menertibkan peserta upacara dengan memandikan, memotong rambut, memotong kuku dan kebersihan pribadi lainnya.

Meski dilakukan oleh ODGJ dan Lansia, namun ke-khidmatan upacara tak kalah dibanding yang dilakukan orang-orang terpandang dan terdidik lainnya.

BACA JUGA  Dukung Penuh Satgas Antipremanisme Ketum PSKBI "Kalau Mereka Jual, Kami Beli"

Tampil sebagai pembaca teks proklamasi adalah mantan ODGJ binaan Dinsos setempat yang sudah sembuh, Catur Waluyo Jati. Dia membaca teks dengan serius dan seksama. Penuh penghayatan dan tidak <i>drengas-drenges</i>.

Komandan upacara dilakukan Andik Kokok Prasetyo, Inspektur upacara dijabat Agung Prasetyo, yang keduanya mantan ODGJ dan Lansia.

Seluruh rangkaian kegiatan berlangsung sungguh-sungguh tanpa ada <i>guyonan</i>, kecuali sesi perlombaan. Juga tidak terdapat peserta upacara yang jatuh pingsan atau sakit lainnya.

BACA JUGA  Polda Sumut Bongkar 191 Kg Sabu dan 74.292 Ekstasi, BPi KPNPA RI Apresiasi Kapolda Sumut

Itu membuktikan, mereka lebih mulia dari pada upacara bendera yang dilakukan petinggi negara, yang dalam banyak kasus, beberapa kali terbukti salah ucap atau tidak hafal Pancasila.

Di akhir kegiatan mereka berharap tidak menginginkan yang muluk-muluk. Yang mereka cita-citakan: Tetap berada di bawah sang saka Merah Putih sampai akhir menutup mata. (fin)