toBagoes.com – Di tengah semangat berorganisasi yang kian meredup, Dedi Prima Maha Rajo Dirajo melontarkan satu kalimat tajam yang Seharusnya menggugah kesadaran banyak pihak: “Jangan mencari makan di organisasi, tetapi bagaimana menghidupkan organisasi.”
Pernyataan ini di tengah semangat berorganisasi yang kian meredup, Dedi Prima Maha Rajo Dirajo melontarkan satu kalimat tajam yang Seharusnya menggugah kesadaran banyak pihak: “Jangan mencari makan di organisasi, tetapi bagaimana menghidupkan organisasi.”
Menurut Dedi di tengah semangat berorganisasi yang kian meredup, Dedi Prima Maha Rajo Dirajo melontarkan satu kalimat tajam yang Seharusnya menggugah kesadaran banyak pihak: “Jangan mencari makan di organisasi, tetapi bagaimana menghidupkan organisasi.”
Bukan sekadar sindiran, melainkan cermin atas realita yang kini marak: banyak individu masuk organisasi bukan untuk memberi, melainkan untuk mengambil.
“Organisasi, terutama yang dibangun atas dasar visi sosial dan perjuangan kolektif, bukanlah ATM berjalan yang bisa ditarik sesuka hati saat butuh. Bukan pula panggung untuk menonjolkan diri,” ujar Dedi kepada awak media toBagoes.com pada Jumat pagi, 18 Juli 2025.
Bagi Dedi, organisasi adalah ruang bertumbuh, bukan ladang garap. Menghidupkan organisasi berarti menghadirkan diri secara utuh dengan waktu, tenaga, ide, dan integritas.
“Tidak semua hal harus dinilai dengan materi. Ada nilai pengabdian, loyalitas, dan konsistensi yang jauh lebih berharga dibandingkan uang saku atau jabatan kosong makna,” tegasnya.
Bukan Untung-Rugi, Tapi Bertumbuh Bersama
Dedi menekankan bahwa menjadi bagian dari organisasi tak berarti menutup mata terhadap kebutuhan pribadi. Namun, mentalitas “apa yang bisa saya dapatkan” harus diimbangi, bahkan didahului, oleh pertanyaan: “Apa yang bisa saya berikan?”
Menurutnya, organisasi yang kuat dibangun bukan oleh mereka yang lapar akan keuntungan, tetapi oleh mereka yang ikhlas menyalakan api semangat, bahkan dalam kondisi paling gelap sekalipun.
“Kalau hari ini organisasi terasa lesu, mungkin bukan karena musuh dari luar. Bisa jadi karena nilai-nilai dari dalam sudah kosong,” ungkapnya.
Percikan Kecil yang Menyalakan Semangat
Menghidupkan organisasi, lanjut Dedi, tak selalu tentang hal besar. Hal-hal sederhana seperti menyapa sesama anggota, hadir aktif di kegiatan, atau menyumbang satu ide dalam rapat, bisa menjadi percikan semangat bersama.
Sayangnya, banyak organisasi mati bukan karena tekanan dari luar, melainkan karena terlalu banyak yang menunggu dan terlalu sedikit yang bergerak.
“Kita terlalu sering bersembunyi di balik alasan klasik: ‘tidak dihargai’, ‘tidak ada insentif’, atau ‘biar pengurus saja yang kerja’. Lalu menjadi penonton, bahkan kadang pengkritik keras dari tribun diam.”
Organisasi yang sehat, menurut Dedi, bukan yang bergantung pada satu tokoh sentral atau elite semata, tapi yang ditopang oleh semangat kolektif. Gotong royong dan rasa memiliki adalah fondasi utama yang membuat organisasi relevan dan berdaya.
Jadi Nyala, Bukan Bayangan
Di akhir pernyataannya, Dedi mengingatkan bahwa organisasi tidak butuh banyak orang pintar, tapi orang yang mau bekerja. Tidak butuh banyak bicara, tapi ketulusan yang nyata.
“Kalau kamu datang ke organisasi hanya untuk bertanya ‘Apa keuntunganku?’, maka kamu belum siap berorganisasi. Tapi jika kamu datang dengan membawa pertanyaan ‘Apa yang bisa aku lakukan?’, maka itulah langkah pertamamu menjadi roh penggerak.”
“Mari berhenti mencari makan di organisasi. Mari mulai menjadi nyala yang menghidupkan bukan bayangan yang membebani,” pungkasnya.