TOBAGOES.COM/ Bogor – Suasana khidmat peringatan Maulid Nabi di Desa Sukamakmur, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, mendadak berubah menjadi duka mendalam. Minggu pagi (7/9), sekitar pukul 08.30 WIB, ratusan jamaah yang berkumpul di majelis Asobiyah dikejutkan oleh suara dentuman keras ketika bangunan dua lantai itu ambruk menimpa mereka.
Tangis, teriakan panik, dan kepulan debu bercampur menjadi satu. Warga berusaha menyelamatkan diri dan menolong mereka yang terjebak di bawah reruntuhan. Namun, tidak semua berhasil terselamatkan.
Bangunan yang sudah berusia puluhan tahun itu ternyata tak mampu lagi menahan beban jamaah yang memadati acara. Dalam hitungan detik, lantai atas runtuh menimpa puluhan orang di bawahnya.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Bogor, M Adam Hamdani, menjelaskan sedikitnya 54 orang mengalami luka-luka. Para korban kini tersebar di berbagai rumah sakit, mulai dari RSUD Kota Bogor, RS PMI Bogor, RS Medika Dramaga, hingga puskesmas di sekitar lokasi.
Namun, duka semakin mendalam ketika tiga jamaah dinyatakan meninggal dunia. Mereka adalah Irni Susanti, warga Desa Sukamakmur yang meninggal di RS Medika Dramaga; Wulan, meninggal di RS PMI Bogor; serta Nurhayati, yang juga menghembuskan napas terakhirnya di RS PMI.
“Mayoritas korban adalah warga Desa Sukamakmur, Sukaharja, dan Sukaluyu. Semua sudah dievakuasi dan mendapat perawatan sesuai kondisinya,” ujar Adam.
Evakuasi berlangsung dramatis. Tim gabungan dari TNI, BPBD, Damkar, dan unsur pemerintah daerah bekerja tanpa henti sejak pagi. Mereka menyisir setiap sudut bangunan yang ambruk, memastikan tidak ada korban tertimbun reruntuhan.
Komandan Kodim 0621 Kabupaten Bogor, Letkol Inf Henggar Tri Wahono, yang memimpin langsung proses evakuasi, mengatakan operasi dilakukan penuh kehati-hatian.
“Kami masih meyakinkan ulang apakah ada korban lain tertimpa. Ada yang luka di kepala, tangan, dan kaki. Tiga orang meninggal dunia, semoga jumlah korban tidak bertambah,” ucapnya.
Sementara itu, keluarga korban tampak menangis histeris di halaman rumah sakit. Beberapa jamaah yang selamat masih terlihat shock, sulit berbicara karena trauma yang baru saja mereka alami.
Hasil kaji cepat sementara dari BPBD menyimpulkan bahwa bangunan dua lantai majelis itu sudah tidak layak menahan beban. Kondisi struktur yang lama ditambah padatnya jamaah menjadi faktor utama penyebab ambruknya gedung.
Petugas gabungan tetap bersiaga di lokasi hingga Minggu siang. Selain membersihkan material runtuhan, mereka juga melakukan analisis lanjutan agar tragedi serupa tidak terulang.
Tragedi Ciomas ini bukan hanya menyisakan luka bagi keluarga korban, tetapi juga menjadi peringatan keras bagi semua pihak tentang pentingnya keamanan bangunan untuk kegiatan masyarakat.
Di tengah semangat memperingati hari besar Islam, warga justru kehilangan orang-orang terkasih. Irni, Wulan, dan Nurhayati kini tinggal kenangan, sementara puluhan lainnya harus berjuang pulih dari luka fisik dan trauma mendalam.
“Semoga korban meninggal mendapat tempat terbaik di sisi-Nya, dan korban luka segera diberikan kesembuhan,” kata Adam lirih.
Duka Ciomas akan selalu dikenang, bukan hanya sebagai bencana, tetapi juga sebagai pengingat rapuhnya kehidupan.
Editor: Meli Sianipar